Saling Menyapa Yuks^^

Quotes

MEMBACA untuk BELAJAR
"let's read & learn in here"

Sabtu, 17 Desember 2011

LANDASAN TEORITIS, EMPIRIS, DAN FILOSOFIS PEMBINAAN ANAK BERBAKAT

1.      LANDASAN TEORITIS
a.       Pengertian anak berbakat
Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler (Swssing, 1985). Menurut Soeparwoto (2005) menyebutkan bahwa Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Kitano dan Kirby (1985) menyatakan bahwa anak berbakat adalah individu yang memiliki kemampuan potensial dan aktual di bidang akademik tertentu seperti sains, matematika, ilmu pengetahuan sosial, dan humaniora. Keunggulan bidang akademik yang ditunjukkan dapat juga hanya satu bidang atau dua bidang, bahkan dapat juga semua bidang. Anak bebakat adalah seseorang yang mempunyai potensi untuk memperlihatkan suatu tingkat
prestasi yang sangat baik pada satu atau beberapa bidang tertentu  dan meskipun secara kodrati telah memiliki otak yang istimewa yang memungkinkannya untuk belajar lebih cepat tetap memerlukan bantuan dari lingkungan untuk menentukan sampai seberapa aktualisasi potensinya akan terjadi (Semiawan dalam Depdiknas, 2007). Tentang keberbakatan yang banyak digunakan adalah “ three-Ring Conception” atau Konsepsi Tiga Cincin dari Renzulli (1981, 2005) yang  menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria (persyaratan) keberbakatan (giftedness) adalah keterkaitan antara :
ü  Kemampuan umum (kapasitas intelektual) dan / atau kemampuan khusus di atas rata-rata.
ü  Kreativitas di atas rata-rata
ü  Pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment) yang cukup tinggi.
Dari beberapa pengertian mengenai anak berbakat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa anak berbakat adalah seseorang yang memiliki kemampuan yang meliputi inteligensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain (seusia), mempunyai kreativitas dan pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment) yang cukup tinggi. Bakat tidak bisa dilihat secara tiba- tiba, karena merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan (dilatih) dan dibimbing serta mendapat ruang atau kesempatan di dalam lingkungannya. Bakat dapat dilihat melalui prestasi- prestasi yang telah dicapai.
b.      Ciri-ciri
·         Unggul dalam kesiagaan mental,
·         kemampuan observasi,
·         keinginan untuk belajar,
·         daya konsentrasi, daya nalar,
·         kemampuan membaca,
·         kemampuan verbal,
·         kemampuan menulis,
·         menunjukkan minat yang luas,
·         berambisi mencapai prestasi yang tinggi,
·         mandiri dalam memberikan pertimbangan,
·         memberi jawaban yang tepat dan langsung kesasaran,
·         mempunyai rasa humor tinggi,
·         melibatkan diri terhadap tugas yang diminati,
·         Kreatifitas tinggi,
·         Berfikir kritis dan logis,
·         Ketelitian tinggi,
·         Keyakinan diri tinggi,
·         Punya nilai estetis yang tinggi,
·         Terbuka terhadap stimulus,
·         Punya inovasi yang tinggi,
·         Memiliki kemampuan generalisasi tinggi,
·         Daya intuisinya tinggi daripada yang lain.
2.      LANDASAN EMPIRIS
Dilihat dari ciri-ciri anak berbakat, terkesan seakan-akan siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa hanya memiliki sifat-sifat yang positif. Sebenarnya sama seperti anak pada umumnya, anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa mempunyai kebutuhan pokok akan pengertian, penghargaan, dan perwujudan diri. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, mereka akan menderita kecemasan dan keragu-raguan. Jika minat, tujuan, dan cara laku mereka yang berbeda dengan peserta didik pada umumnya, tidak memperoleh pengakuan, maka mereka walaupun memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa akan mengalami kesulitan. Hal ini nyata dari daftar yang disusun oleh Seogoe (dikutip oleh Martinson, 1974).
Selain itu, berdasar penelitian Herry (1993), mereka juga suka mengganggu teman-teman sekitarnya. Hal ini disebabkan karena mereka lebih cepat memahami materi pelajaran yang diterangkan guru di depan kelas dibandingkan teman-temannya. Akibat lebih lanjut, mereka dapat menjadi anak yang berprestasi dibawah potensinya (underachiever) atau bahkan malah mungkin menjadi anak yang bermasalah (mengalami kesulitan belajar). Hal ini nyata dari hasil penelitian Herry, dkk.,(1996). Selain itu, Marland (1971) juga mengemukakan bahwa lebih dari separuh anak yang memilki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berprestasi di bawah potensinya disebabkan karena tidak mendapat program pendidikan yang sesuai.
3.      LANDASAN FILOSOFIS
Hakikat Manusia
Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa telah dilengkapi dengan berbagai potensi dan kemampuan. Potensi tersebut pada dasarnya merupakan anugerah kepada manusia yang semestinya dimanfaatkan dan dikembangkan, tidak disia-siakan. Peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, sebagaimana anak pada umumnya, dan juga memiliki kebutuhan pokok akan keberadaannya. Apabila kebutuhan pokonya tidak terpenuhi, mereka akan menderita kecemasan dan keragu-raguan. Jika potensi mereka tidak dimanfaatkan, mereka akan mengalami kesulitan walaupun potensial (Utami Munandar,1982). Disamping memiliki persamaan dalam sifat dan karakteristiknya, potensi tersebut memiliki tingkat dan jenis yang berbeda-beda. Pendidikan dan lingkungan sepatutnya berfungsi untuk mengembangkan potensi tersebut agar menjadi aktual dalam kehidupan, sehingga berguna bagi orang yang bersangkutan, masyarakat dan bangsanya   
      Hakekat Pembangunan Nasional :
      Pelayanan pendidikan yang kurang memperhatikan potensi anak, bukan saja akan merugikan anak itu sendiri, melainkan akan membawa kerugian yang lebih besar bagi perkembangan pendidikan dan percepatan pembangunan di Indonesia (Utami Munandar, dalam Herry, 1991).
      Tujuan Pendidikan:
Pendidikan nasional berusaha menciptakan ke-seimbangan antara pemerataan kesempatan dan keadilan. Pemerataan kesempatan berarti membuka kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik. Untuk mencapai keunggulan dalam pendidikan, maka diperlukan intensi bukan hanya memberikan kesempatan yang sama, melainkan memberikan perlakuan yang sesuai dengan kondisi obyektif peserta didik. Perlakuan pendidikan yang adil pada akhirnya adalah perlakuan yang didasarkan pada minat, bakat, dan kemampuan serta kecerdasan peserta didik.

0 komentar:

Posting Komentar

SELAMAT MEMBACA^^

SELAMAT MEMBACA^^

MARI BERBAGI ILMU ^_^

with ISMARINI BEKTI SETIANI blog's

POSTING DIBAWAH INI SAMA DENGAN DIATAS

POSTING DIBAWAH INI SAMA DENGAN DIATAS

LANDASAN TEORITIS, EMPIRIS, DAN FILOSOFIS PEMBINAAN ANAK BERBAKAT

1.      LANDASAN TEORITIS
a.       Pengertian anak berbakat
Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler (Swssing, 1985). Menurut Soeparwoto (2005) menyebutkan bahwa Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Kitano dan Kirby (1985) menyatakan bahwa anak berbakat adalah individu yang memiliki kemampuan potensial dan aktual di bidang akademik tertentu seperti sains, matematika, ilmu pengetahuan sosial, dan humaniora. Keunggulan bidang akademik yang ditunjukkan dapat juga hanya satu bidang atau dua bidang, bahkan dapat juga semua bidang. Anak bebakat adalah seseorang yang mempunyai potensi untuk memperlihatkan suatu tingkat
prestasi yang sangat baik pada satu atau beberapa bidang tertentu  dan meskipun secara kodrati telah memiliki otak yang istimewa yang memungkinkannya untuk belajar lebih cepat tetap memerlukan bantuan dari lingkungan untuk menentukan sampai seberapa aktualisasi potensinya akan terjadi (Semiawan dalam Depdiknas, 2007). Tentang keberbakatan yang banyak digunakan adalah “ three-Ring Conception” atau Konsepsi Tiga Cincin dari Renzulli (1981, 2005) yang  menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria (persyaratan) keberbakatan (giftedness) adalah keterkaitan antara :
ü  Kemampuan umum (kapasitas intelektual) dan / atau kemampuan khusus di atas rata-rata.
ü  Kreativitas di atas rata-rata
ü  Pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment) yang cukup tinggi.
Dari beberapa pengertian mengenai anak berbakat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa anak berbakat adalah seseorang yang memiliki kemampuan yang meliputi inteligensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain (seusia), mempunyai kreativitas dan pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment) yang cukup tinggi. Bakat tidak bisa dilihat secara tiba- tiba, karena merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan (dilatih) dan dibimbing serta mendapat ruang atau kesempatan di dalam lingkungannya. Bakat dapat dilihat melalui prestasi- prestasi yang telah dicapai.
b.      Ciri-ciri
·         Unggul dalam kesiagaan mental,
·         kemampuan observasi,
·         keinginan untuk belajar,
·         daya konsentrasi, daya nalar,
·         kemampuan membaca,
·         kemampuan verbal,
·         kemampuan menulis,
·         menunjukkan minat yang luas,
·         berambisi mencapai prestasi yang tinggi,
·         mandiri dalam memberikan pertimbangan,
·         memberi jawaban yang tepat dan langsung kesasaran,
·         mempunyai rasa humor tinggi,
·         melibatkan diri terhadap tugas yang diminati,
·         Kreatifitas tinggi,
·         Berfikir kritis dan logis,
·         Ketelitian tinggi,
·         Keyakinan diri tinggi,
·         Punya nilai estetis yang tinggi,
·         Terbuka terhadap stimulus,
·         Punya inovasi yang tinggi,
·         Memiliki kemampuan generalisasi tinggi,
·         Daya intuisinya tinggi daripada yang lain.
2.      LANDASAN EMPIRIS
Dilihat dari ciri-ciri anak berbakat, terkesan seakan-akan siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa hanya memiliki sifat-sifat yang positif. Sebenarnya sama seperti anak pada umumnya, anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa mempunyai kebutuhan pokok akan pengertian, penghargaan, dan perwujudan diri. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, mereka akan menderita kecemasan dan keragu-raguan. Jika minat, tujuan, dan cara laku mereka yang berbeda dengan peserta didik pada umumnya, tidak memperoleh pengakuan, maka mereka walaupun memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa akan mengalami kesulitan. Hal ini nyata dari daftar yang disusun oleh Seogoe (dikutip oleh Martinson, 1974).
Selain itu, berdasar penelitian Herry (1993), mereka juga suka mengganggu teman-teman sekitarnya. Hal ini disebabkan karena mereka lebih cepat memahami materi pelajaran yang diterangkan guru di depan kelas dibandingkan teman-temannya. Akibat lebih lanjut, mereka dapat menjadi anak yang berprestasi dibawah potensinya (underachiever) atau bahkan malah mungkin menjadi anak yang bermasalah (mengalami kesulitan belajar). Hal ini nyata dari hasil penelitian Herry, dkk.,(1996). Selain itu, Marland (1971) juga mengemukakan bahwa lebih dari separuh anak yang memilki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berprestasi di bawah potensinya disebabkan karena tidak mendapat program pendidikan yang sesuai.
3.      LANDASAN FILOSOFIS
Hakikat Manusia
Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa telah dilengkapi dengan berbagai potensi dan kemampuan. Potensi tersebut pada dasarnya merupakan anugerah kepada manusia yang semestinya dimanfaatkan dan dikembangkan, tidak disia-siakan. Peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, sebagaimana anak pada umumnya, dan juga memiliki kebutuhan pokok akan keberadaannya. Apabila kebutuhan pokonya tidak terpenuhi, mereka akan menderita kecemasan dan keragu-raguan. Jika potensi mereka tidak dimanfaatkan, mereka akan mengalami kesulitan walaupun potensial (Utami Munandar,1982). Disamping memiliki persamaan dalam sifat dan karakteristiknya, potensi tersebut memiliki tingkat dan jenis yang berbeda-beda. Pendidikan dan lingkungan sepatutnya berfungsi untuk mengembangkan potensi tersebut agar menjadi aktual dalam kehidupan, sehingga berguna bagi orang yang bersangkutan, masyarakat dan bangsanya   
      Hakekat Pembangunan Nasional :
      Pelayanan pendidikan yang kurang memperhatikan potensi anak, bukan saja akan merugikan anak itu sendiri, melainkan akan membawa kerugian yang lebih besar bagi perkembangan pendidikan dan percepatan pembangunan di Indonesia (Utami Munandar, dalam Herry, 1991).
      Tujuan Pendidikan:
Pendidikan nasional berusaha menciptakan ke-seimbangan antara pemerataan kesempatan dan keadilan. Pemerataan kesempatan berarti membuka kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik. Untuk mencapai keunggulan dalam pendidikan, maka diperlukan intensi bukan hanya memberikan kesempatan yang sama, melainkan memberikan perlakuan yang sesuai dengan kondisi obyektif peserta didik. Perlakuan pendidikan yang adil pada akhirnya adalah perlakuan yang didasarkan pada minat, bakat, dan kemampuan serta kecerdasan peserta didik.

0 Response to "LANDASAN TEORITIS, EMPIRIS, DAN FILOSOFIS PEMBINAAN ANAK BERBAKAT"

Posting Komentar

 

Designed by Simply Fabulous Blogger Templates